RSS

Rabu, 28 Januari 2015

Cinta Monyet - Siti Mardiana | Kumpulan Cerpen


Kemampuan menulis cerpenku memang masih jauh dari kata baik atau sempurna, tapi kira-kiranya untuk mengembangkan hoby apa salahnya. Baru 3 Cerpen yang aku tulis ini. Sebelumnya ada Siapakah Cinta Yang Sesungguhnya dan Juga ada juga Cinta Kami Bertemu di Gunung Papandayan dan sekarang silahkan baca. Semoga bagi kalian yang suka baca bisa menulis apa yang kalian pikirkan sendiri :)

“Cinta Monyet”
Karya : Siti Mardiana



Cinta memang keren ya, bisa membuat orang terhipnotis karenanya. Orang bisa bahagia hanya dengan cinta, seperti burung yang bebas melayang diangkasa. Orang bisa sedih karena cinta, hanya dengan satu ketukan orang berderai air mata. Bagaikan anak yang kehilangan induknya ketika orang benar-benar sedih merasakan cinta. Orang juga bisa galau saat memilih cinta, banyak drama yang menontonkan kisah cinta segitiga yang membut orang bingung, galau dan takut memilih. Pilihan manakah yang terbaik untukku? Si A atau si B.
***

“Gila bagaikan langit dan bumi aja jarak hubunganku sama Panji.”
Namaku Rosa, sudah setahun ini aku menjalin hubungan dengan yang namanya Panji, tapi sekarang hubungan kami tak menentu dia selalu sibuk dengan kegiatannya sendiri. Entah apa yang dia lakukan, apakah dia memang sibuk dengan kegiatannya atau udah gak mau ketemu lagi denganku. Dia ini mahasiswa tapi sibuknya kaya orang kerja dipabrik-pabrik tau.
“Kenapa loe sa?” tanya Rina mendengar dari tadi aku menggerutu saja tentang Panji.
“Gue heran deh Rin sama Panji, dia sayang apa enggak yah sama gue kenapa akhir-akhir ini dia jarang banget kabarin gue bahkan ketemu juga udah jarang. Dia gak tau apa rasa kangen gue ini udah setumpuk-tumpuk.” Kataku sambil memasang muka sedih dihadapan Rina sahabatku.
“Gue juga heran, jarang juga gue lihat loe barengan lagi sama Panji, loe coba aja ke kampusnya.”
“Gak mau ah, dia aja yang nyamperin gue.”
“Ya udah loe jangan sedih mulu dong lebih baik kita cari makan aja yuk, gue laper banget nih.!”
“Ide yang bagus tuh, ayo deh.” Ucapku sambil meninggalkan kelas.
***

Hari minggu yang cerah, dipakai buat joging kayanya waktu yang pas. Aku langsung pergi ke taman sendirian buat joging. Tak lama aku berlari, aku jatuh tersandung batu ditaman.
“Aww...!!!” Kakiku gak bisa diangkat, rasanya sakit sekali.
Dan ada lontaran tangan seseorang mendarat dimuka ku dengan tanda ingin membantu.
“Ari” pekikku dalam hati. Aku dibantu sama Ari yang sudah lama sekali gak ketemu dengannya.
“Kamu gak papa?”
“Kakiku sakit.” Kataku, dia langsung membopongku ke bangku taman yang dekat disana.
“Makasih ya Ari.” Dia hanya tersenyum sambil membuka sepatuku.
“Kayanya ini keseleo deh, maaf ya boleh aku benerin gak?” Aku hanya mengangguk tanda Iya.
Dan tanpa respon lagi dia langsung mulai mengurut kakiku yang udah kelihatan kehijau-hijaun karena jatuh tadi. Aku hanya merintih menahan sakit dan Ari terus memijit pergelangan kakiku.
“Kamu apa kabar?” tanyanya padaku.
“Aww.. Pelan-pelan, aku baik Ri. Kalau kamu?”
“Aku baik.”
Aku gak nyangka bisa ketemu lagi sama Ari, dia ini mantan pacarku waktu SMP dulu. Kalau inget-inget masa SMP dulu memang lucu apalagi masa aku dengan Ari. Memang udah lama kita gak penah ketemu semenjak dia lulus aku gak tau lagi kabar beritanya.
Sambil dipijit sama Ari aku sedikit mengingat-ingat masa-masa dulu aku dengannya.
***

Ari suka ngintip dibalik kaca kelasku entah siapa yang dia lihat, mungkin saja orang lain pikirku waktu itu. Namun ternyata yang dia perhatikan adalah aku, begitulah pengakuannya.
“Rossa.. Ini buat kamu.!” Dia memberikan bingkisan padaku, berbentuk kotak berwarna cokelat dengan garis-garis putih. Aku hanya menerima kotak itu tanpa bilang apa-apa bahkan ucapan terima kasihpun tidak aku ucapkan. Dan Ari langsung lari saat aku sudah menerima kotak itu.
“Apa ini?” aku langsung membuka kotak yang diberikan oleh Ari, didalamnya ada kalung yang terbuat dari kerang-kerang laut dan bahkan disini ada surat kecilnya juga.

Text Box: Rosa kau bagaikan kerang-kerang yang indah dilaut 
Yang membuat aku selalu teringat dengan wajah cantikmu 
Aku ingin kamu menjadi pacarku.
Kalau kamu mau jadi pacarku pakai kalung ini kalau tidak kamu berikan kalung ini kepadaku lagi.

Isi surat ini memang begitu singkat, yang dulu aku pikirin hanyalah aku suka kalung ini dan aku ingin memakainya. Aku yang waktu itu belum mengenal cinta hanya dengan polosnya memakai kalung itu, dan bahkan sampai sekarangpun kalung itu masih ada tersimpan dimusium kamarku.
Dari saat itu kami resmi jadian, entah apa yang harus kami lakukan saat itu, kami hanya duduk berdua dikantin dan tidak bicara apa-apa bahkan kami hanya menyedot sedikit demi sedikit jus yang selalu kami pesan dan setelah habis, Ari mengajak kami untuk pergi ke kelas.
“Ayo kita masuk kelas.”
“Ayo.” Jawabku singkat dengan mengangguk.
Selama kita hubungan, aku mulai tidak nyaman dengan semua aturan yang dibuat Ari untukku. Tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini dia sering melarangku inilah itulah yang membuatku tidak nyaman diperlakukan seperti ini dan akhirnya kita sepakat untuk putus. Dan setelah putus kami sudah jarang ketemua dan tidak ada lagi komunikasi antara kami, bahkan setelah dia keluar sekolahpun dia melanjutkan kemana aku tidak tahu.
Dan sekarang, mungkinkah takdir ikut campur dengan pertemuan kami hari ini, membuatku pangling sekali dengan Ari, dia sekarang tambah ganteng, tinggi dan kacamatanya itu bagaikan pemanis baginya. Aku hanya senyum-senyum sediri mengingat masa lalu yang pernah aku ukir dengan Ari meskipun dulu aku kurang mengerti bagiamana sih pacaran itu.
***

“Gimana udah gak sakit lagi?”
“Iya udah mendingan kok Ri, makasih ya udah bantuin aku.” Kataku.
“Iya sama-sama Rosa. Udah lama yah gak ketemu, udah hampir 3 tahun ya kira-kira. Kamu tambh beda aja.”
“Iya ri, kita udah lama banget gak ketemu semenjak SMP kamu udah gak ada kabar lagi. Kamu juga beda, kenapa sekarang jadi pake kacamata perasaan dulu enggak deh.?”
“Ya, dulu kan masih kaya monyet yang belum mengerti apa-apa sa, sekarang kamu udah menjadi remaja yang cantik sekali sa, bahkan aku sendiri kaget bahwa orang yang aku tolong ini ada teman monyetku sewaktu kecil.” Tawanya kecil.
“Cinta monyet kali. Haha. Kok gak jawab sih ri, kenapa sekarang kamu pakai kacamata?”
“Iya cinta monyet maksudku. Oh ini, emang waktu SMP aku udah Minus tapi dulu aku gak mau pake kacamata soalnya takut kamu gak naksir jadinya sekarang Minusku bertambah dan terpaksa harus pakai kacamata. Haha.” Katanya. Gila aku udah kegeeran duluan, dengan pernyataannya barusan.
“Kamu bisa aja,” aku dan Ari lanjut obrolan kami, kami mengenang masa-masa SMP kami dari awal sampai akhirnya kami jadian dan putus bahkan tanpa hentinya kami berdua tertawa bernostalgia.
***

“Perhatian anak-anak.!!” Seru bu Neni guru Biologi yang kebetulan juga wali kelas kami. “Disini ibu bersama teman baru kalian, namanya Ari. Silahkan Ari perkenalkan diri kamu secara lengkap kepada teman-teman barumu.”
“Baik Bu termakasih... Hai teman-teman semuanya, perkenalkan namaku Ari Firmansyah pindahan dari SMA 12 Bandung, kebentulan orang tuaku pindah kerja ke Jakarta. Mohon bantuannya terimakasih.”
Tak usah diperkenalkan pun aku tau kalau dia itu Ari. Terdengar banyak bincangan-bincangan dari belakang yang mengatakan dia ganteng lah, manis lah, dan bahkan banyak yang ingin kenal dengannya. Apalagi si cewek centil yang suka bikin gara-gara sama anak-anak cewek yang dia anggap saingannya. Termasuk aku, dia sering banget jailin aku karena dia gak suka kalau aku jadian sama Panji, karena dulu dia suka sama Panji sedangkan Panji menyukaiku.
“Hei. Ari aku Angel.” Sahut Angel si cewek centil yang suka bikin gara-gara itu. Saat Ari sedang berkeliling mencari bangku kosong yang bisa ia duduki.
“Hei Angel, salam kenal” jawab Ari sambil melempar senyum kepadanya.
“Disini aja duduknya Ri, disini kan kosong.” Ungkapnya. Padahal aku tau temannya disuruh pindah kursi biar dia bisa deket sama Ari, heump dasar lagu lama banget. Dia menghampiri bangku ku, yang memang disebelahku kosong karena Rina gak masuk kali ini.
“Apa bangku ini kosong?” tanyanya padaku, seolah-olah baru mengenalku.
“Lihat aja kosong apa enggak?” jawabku lurus.
“Kelihatannya bisa diduduki.” Tanpa aku respon dia langsung menduduki bangku milik Rina itu.
“Tapi ini bangku temanku Ri.”
“Gampang besok aku pindah.” Jawabnya lurus.
“Dasar si Rosa cari-cari perhatian mulu sama anak baru itu.” Oceh Angel pada Marisa dan Dewi.
“Entar kita kerjain aja Ngel.” Saran Marisa kepada Angel yang sama-sama resenya.
“O.K lihat aja Rosa.”
Bel istirahat sudah berbunyi. “Oh ya sa, aku kan belum tau wilayah sekolah ini dimana perpustakaan, dimana kantin, dimana toilet dan lain-lain nya. Aku minta kamu harus temani aku terus yah buat hari ini.”
“O.K tapi ada syaratnya.” Pintaku pada Ari.
“Syaratnya apa?”
“Traktir gue Ice cream O.k”
“No Problem.” Aku tersenyum kecil menyambutnya kembali.
Aku memberi tahu Ari semua yang ada di sekolah ini, mulai dari Kantin, Perpustakaan, Toilet, Ruang guru dan kepala sekolah, akhirnya kita pergi ke taman.
“Luas juga yah sekolah disini.” Seru Ari.
“Ya begitulah, gimana gak luas jumlah muridnya juga lebih dari 1000 orang masa iya kandang ayam dijadiin sekolah kan enggak mungkin juga kali, iya kan?”
“Loe bisa aja sa. Oh ya sekarang loe ma siapa?”
“Gue sekarang pacaran sama Panji, dia alumni dari sini dan sekarang lagi kuliah. Kalau elo sekarang sama siapa?”
“Gue.. sama siapa ya ? gue belum punya pacar..”
“Masa cakep-cakep gini belum punya pacar, gak percaya gue.”
“Ye loe gak percaya. Nih geledah ada gak pacar gue, gak ada kan?”
“Ya mana mungkin loe sakuin, kali..” HP ku bunyi.. “Bentar ya gue angkat dulu.”
Yang nelepon adalah Panji, akhirnya dia hubungi aku juga. Aku seneng banget, aku menjauh dari Ari supaya dia gak ngedenger percakapanku dengan Panji.
“Halo.. Sayang nanti kamu sibuk gak?” tanya Panji padaku.
“Enggak kok, emangnya ada apa sayang?”
“Nanti kita ketemuan di cafe biasa ya, aku tunggu jam 4 sore.”
“O.K sayang sampai ketemu nanti sore.”

Akhirnya, aku bisa ketemu juga sama Panji, aku loncat-loncat karena hari ini aku bisa ketemu sama dia, aku langsung menghampiri Ari dan menceritakan semuanya padanya. Dan setelah lama-lama bercerita kita kembali ke kelas.
Angel udah main pasang jebakan ke aku dia naruh lem di kursi yang aku duduki, alhasil rokku nyangkut dan saat diangkat robek. Trio wek wek itu malah tertawa, aku sungguh malu kali ini. Tapi Ari datang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
“Siapa ya, yang ngelakuin ini. Kaya setan aja yang suka ganggu manusia.” Dengan lurusnya dia berbicara seperti itu dan mengajakku pulang di jam pelajaran terakhir.
“Terimakasih banyak Ari kamu lagi-lagi sudah nolongin aku.
***

Aku udah dateng di Cafe biasa kita ketemuan, aku udah milih tempat yang kosong. Aku udah gak sabar ketemu sama Panji. Tapi udah hampir satu jam lebih aku nunggu dia tapi belum nongol-nongol juga, aku telepon juga gak aktif.
***

Panji yang masih di kampus sedang mengerjakan tugas bersama teman-temannya, sampai akhirnya dia sadar kalau dia sedang ada janji dengan pacarnya Rossa.
Dia melihat jam sudah menunjukan pukul 17.13.
“Aduh.. Gue lupa gue kan ada janji sama pacar gue, janjinya jam 4 sekarang malah udah jam 5 lagi. Aduh gimana ini?”
“Telepon aja dulu ji,” kata salah satu temannya.”
“Iya .. Iya gue telepon dulu.”

“Hallo sayang, maaf ya aku lupa kalau sekarang kita ada janji. Aku minta maaf banget soalnya tadi ada tugas mendadak dari dosennya jadi sekarang aku ngerjainnya bareng sama teman-temanku juga. Besok aku janji bakalan jemput kamu disekolah. Sekali lagi aku minta maaf ya sayang.!!”.....
“Hallo sayang.. kok gak di jawab..” tanya Panji lagi karena Rosa tidak menjawab apa yang barusan dijelaskan Panji dengan sebenar-benarnya.
“Iya aku ngerti..” kata Rosa singkat.
“Sekali lagi maaf ya sayang.”
***

Rasanya seperti jatuh tertimpa tangga pula, aku udah dandan secantik mungkin pakai gaun yang anggun, bahkan aku juga udah mesen beberapa makanan sambil menunggunya tapi apa yang dia bilang begitu enteng sekali. Kenapa dia begitu gampang, mempermainkan aku. Yang aku bisa sekarang hanya menangis entah apa yang harus aku lakukan sekarang untuk berdiripun aku seperti tak mampu bagaimana kaki ini harus melangkah untuk pulang sedangkan hati ini begitu sakit.
“Heii.. Loe kenapa..?” Ari datang dihadapanku.
“Ari.. loe kok ada disini?”
“ini kan cafe bebas dong emangnya gak boleh.”
“Bukannya gitu, kenapa loe bisa disini?”
“Ya gue laper lah mau makan. Nah, kebetulan ada makanan nih.” Tanpa pikir panjang dan tanpa aku menyuruhnya untuk makan dia sudah langsung menyantap makanan yang ada didepan meja ini.
“Loe kenapa kok bintitan gitu, matanya?”
“Ahh... enggak.” Jawabku datar karena malu dengan semua yang terjadi sekarang.
“Pasti si Panji itu gak dateng yah?”
Mendengar pernyataan Ari aku malah tambah ingin menangis, aku menangis sekencang-kencangnya sampai pengunjung yang lain mengalihkan perhatiannya ketempat aku dan Ari duduk.
“Loe diam, nanti mereka kira gue ngapa-ngapain loe lagi. Lebih baik sekarang loe sama gue jalan aja, gue punya tempat yang asik banget. Ayo!!” dia menarik aku pergi dari cafe.
***

Dia bawa aku ketempat yang indah banget, baru kali ini juga aku dateng kesini. Ini adalah sebuah danau yang bisa disebut disebuah taman namun agak sepi. Bahkan disini juga cuman hanya kami berdua entah ini gara-gara udah sore atau gak tau memang sepi.
“Waww.. Ini keren banger Ri, baru kali ini gue ketempat yang kaya gini. Ini benar-benar bisa buat hati gue tenang. Kenapa gue gak tau tempat ini yah?”
“Kalau loe dulu ikut gue loe pasti tau.” Ungkap Ari membuatku bingung dan berfikir sebentar semoga memang aku ingat.
“Maksud loe?” dia menatapku dan tersenyum.
“Loe inget gak, dulu gue pernah ngajakin loe jalan-jalan untuk pertama kalinya, terus loe setuju. Tapi pas gue samperin loe kerumah mendadak loe gak setuju.”
“Ohh.. Iya alesannya itu.. Udah ahh malu-maluin ajjah.”
“Alsannya itu...” Ari yang ingin mengungkapkan apa alesanku dulu gak mau ikut sama dia aku langsung membungkam mulutnya tapi dia menghalangiku.
“Alasannya itu,, kalau loe..”
“Ihh... loe diam gak gue malu nih.” Dia malah tertawa dan ngelanjutin omongannya.
“Loe datang bulan kan? Hahahaha.”
“Ih.. loe jahat deh..!!” aku mukul-mukul badan dia sebagai bentuk protesku.
Dia megang tanganku yang dari tadi dipakai buat mukul-mukul badannya. Dia menatap mataku tajam, aku terpaku dengan apa yang sekarang dia lakukan.
“Dan loe tau apa yang gue rasain sama loe selama ini?” tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya dia melanjutkan apa yang ingin dia ungkapkan. “Gue terlalu nyaman sama loe, sampai-sampai gue terlalu fokus sama loe dan lupa sama pelajaran, sampai-sampai gue lupa kalau udah punya pacar sampai-sampai pacar gue gak nyaman hubungan sama gue. Dari dulu sampai sekarang, gue tetep inget sama Rosa dan bayangan wajah loe gak pernah gue lupain. Bahkan sampai sekarng loe udah punya pacarpun gue masih suka sama loe, dan sekarang gue memang udah punya pacar tapi tetep yang gue pikirin cuman loe Sa.”
“Hah..!!” aku hanya mangap mendengar pernyataan yang diberikan Ari kepadaku, apa maksudnya apa dia hanya sekedar curhat atau mengungkapkan perasaannya kepadaku.
“Tapi sayangnya sekarang kamu udah ada yang punya, dan bahkan kayanya kamu sangat mencintai dan menyayanginya, tak ada lagi kesempatan untukku mungkin.”
“Apa sih maksud loe?”
“Sudahlah jangan kita bahas lagi, aku hanya ingin jujur sama kamu kalau aku masih menyimpan rasa sayang ini tehadapmu Rosa.”
“Ya udah kita pulang aja, gue bingung dengan semua omongan loe barusan.”
Tak sempat aku melangkah Ari menarik tanganku dan memelukku erat, hatiku sangat tak karuan badan ini rasanya panas atau dingin aku tak tau aliran darahku seperti tak beraturan, jantung ini berdetak sangat kencang. Ya Tuhan apa yang aku rasakan sekarang, ada perasaan nyaman yang mengkelutiku kali ini. Aku tak berani bicara apa-apa lagi sekarang, bahkan memberontakpun aku tak mau.
“Aku mencintaimu Rosa, aku sayang sama kamu, aku suka sama kamu.. Mau kamu punya siapapun, atau aku punya siapapun aku hanya mencintaimu.. Bahkan dekat denganmu seperti ini juga sudah cukup bagiku.”
Aku melepaskan pelukannya dan menatap Ari dengan tajam tanpa ekspresi senang atau marah sedikitpun, tatapanku datar. “Terserah kamu aja deh.”
Aku langsung lari pulang sendiri naik taksi, aku masih berfikir apa yang barusan terjadi. Kenapa perasaan seperti itu muncul, padahal sebelumnya aku tidak pernah merasakan perasaan yang seperti itu kepada semua pacarku, bahkan dulupun aku tak pernah merasakan seperti itu kepada Ari.
Aku benar-benar tak bisa lupa dengan kejadian hari ini, bayangan Ari selalu muncul dihadapanku, pikiranku gila memikirkan terus Ari. Panji yang setiap malam aku pikirkan, malah hilang dan entah dimana aku simpan. Bahkan malam ini aku bermimpi tentangnya mimpi yang sangat indah yang rasanya ingin sekali aku mewujudkannya.
***

Setelah kejadian kemarin, aku masih belum bisa melepaskan bayangannya dari pikiranku.
“Rosa fokus.. Panji.. Panjii.. Panjiii.. Aku harus terus berfikir logis, kalau sekarang aku hanya untuk Panji, jangan terus memikirkan Ari Rosa. Jangan..!!”
Bahkan, sekarang saat Ari mendekatiku aku langsung kabur darinya. Aku gak mau kejadian kemarin terulang lagi, dan membuatku gila memikirnya terus menerus seperti ini.

Hari-hariku sekarang malah bertambah sepi tanpa ada kehadiran Ari disini, tapi untuk apa ada dia hanya membuat hatiku bingung aja. Beberapa hari ini aku memang selalu menghindar dari dia.
***

“Maaf udah lama nunggunya ya?” tanyaku pada Panji. Malam ini aku makan malam dengannya. Aku sengaja agak telat karena takut kalau aku harus nunggu lama padahal dia gak datang sama sekali.
“Gak kok, gak papa sayang.”
Rasanya gak seperti biasanya, biasanya aku senang dan bahkan bisa dibilang aku yang paling cerewet kalau udah ketemu sama dia. tapi, sekarang aku banyak diam dan merasa aku sudah tidak nyaman berada didekat Panji. Aku malah masih merasakan rasa nyaman saat Ari meluk aku waktu itu. Aku langsung membuyarkan pikiranku yang aneh ini dan langsung fokus lagi dengan Panji.
“Panji apa aku boleh jujur sama kamu.”
“Iya boleh dong sa, kamu mau jujur apa?”
“Maaf sebelumnya kalau kejujuranku kali ini buat kamu gak suka, aku rasa hubungan kita udah buat masing-masing dari kita gak nyaman bahkan kita juga udah jarang ketemuan, komunikasi, bahkan beberapa kali kamu membatalkan pertemuan yang udah kamu janjikan dahulu. Jujur, aku sendiri sudah tidak nyaman dengan hubungan kita kali ini.”
“Maaf kalau selama ini aku kurang memperhatikanmu, bahkan sekarang aku juga maksain ketemu sama kamu karena aku gak enak terus membatalkan pertemuan kita kemarin-kemarin..”
“Apa maksain, jadi selama ini kamu anggap aku apa Panji..!!” pikirku dalam hati.
“Makanya aku sekarang ingin jujur sama kamu, aku sudah tidak nyaman berhubungan lagi denganmu Panji, bahkan sudah sejak lama aku bertahan dengan ketidaknyamanan ini. Mungkin baiknya, kita akhiri saja hubungan kita ini.”
“Aku masih sayang sama kamu Sa, tapi rasanya aku juga memang udah mulai merasa ketidaknyamananmu selama kita pacaran, bahkan jujur aku juga mulai merasakannya tapi dalam hatiku yang paling dalam aku masih menyayangimu. Apa itu artinya kamu ingin putus?”
Aku hanya mengangguk, karena tidak tau lagi harus berkata apa lagi.
“Baiklah jika itu memang keinginanmu, aku juga tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman terus denganku.”
“Maafkan aku Panji.”
“Kamu tidak perlu minta maaf Rosa, aku tau semua ini adalah salahku yang kurang memperhatikanmu. Aku yang seharusnya minta maaf kepadamu.”
Akhirnya, aku putus dengan Panji, itu bukan karena pikiranku yang selalu memikirkan Ari. Tapi ini karena aku benar-benar sudah merasa tidak nyaman lagi berhubungan dengannya. Daripada aku terus merasakan batin ini serasa kosong dan bahkan sakit lebih baik mengakhirinya mungkin jalan yang terbaik.
***

Aku harus merahasiakan berakhirnya hubunganku dengan Panji, aku hanya bercerita kepada Rina saja.
Saat istirahat, dia mendekati bangku ku, kebetulan Rina sedang pergi mencari makan untuk kami.
“Haii... Boleh aku duduk disini lagi kan?” tanyanya padaku.
“Silahkan aja.”
“Maaf soal waktu itu, bukan maksudku untuk meluk kamu, tapi...”
“Jadi apa dong maksudnya?”
“Aku hanya ingin mengungkapkan semua perasaan yang aku pendam sejak dulu aja, dari pada gak keluar-keluar ya udah aku ungkapin aja. Tapi, aku malah kelewatan jadinya buat kamu sekarang malah jauh dari aku. Aku gak mau kamu jadi jauh kaya gini, apa kita masih berteman?”
“Iya kita masih berteman.” Jawabku sambil tersenyum.
Sekarang aku dengan Ari dekat lagi seperti biasa, tapi dia sekarang gak berani-berani lagi seperti waktu itu. Sekarang aku, Rina dan juga Ari menjadi sahabat, kemana-mana kita selalu bersama. Bahkan, kadang kita sering berdua karena Rina sering jalan sama pacarnya. Sampai sekarangpun, Ari belum tau tentang hubunganku dengan Panji telah berakhir, kalau dia tahu mungkin dia udah main nembak aja kayanya ke aku. Gila aku udah mikir kaya gitu aja.
Sekarang Ari memang cukup populer di sekolah, bahkan karena kegantengannya banyak cewe yang suka sama dia, kadang jika ada cewe yang deketin dia, perasaanku ini tak menentu rasanya aku seperti cemburu, dan tidak rela jika Ari dekat-dekat dengan wanita lain. Apa aku udah mulai suka lagi dengan Ari. Tapi aku harus sadar kalau sekarang aku hanya sekedar teman baginya. Iya hanya sekedar teman.
Lama kelamaan kalau orang keseringan ketemu pasti cintapun akan timbul, begitupun denganku rasanya aku memang udah mulai menyukai Ari. Bahkan, bayangan waktu dia pertama kali meluk aku juga jadi terbayang dengan jelas.
“Rosa besok kita jalan yuk kan besok libur. Ajak juga Rina biar seru.”
“Kok bareng Rina sih, kan pengennya berdua.. Ehh kok gue berpikiran kaya gi”ni sih.”
“OK. Gue ajak dulu Rina buat besok ya.”
“Rina udah gue kasih tau kok, loe jangan khawatir.”
“Oh. Gitu Okelah.”
***

Minggu ini kita jalan ke danau tempat dulu Ari ngehibiur aku waktu gak jadi ketemuan sama Panji. Rasanya kok pengen terulang lagi ya.
“Wihh.. tempatnya keren banget Sa.” Kata Rina.
“Iya bagus kan, Ari pernah ngajak gue kesini sekali.”
“Oh ya, tapi kenapa loe gak cerita sama gue sih. Ini tempat indah banget, gue harus ngajak pacar gue nih.” Rina membawa Hp nya buat nelepon pacarnya.
“Jangan repot-repot tuh dia pacar loe udah dateng.”
“Apa? Kenapa udah main disini aja sih.”
“Gue yang ngajak.”
“Wihh.. Makasih ya Ri loe ngerti gue banget deh.”
Rina menyapa pacarnya, dia udah main rangkul tangannya aja, aku jadi iri deh rasanya.
“Aku mau kalian jadi saksi.” Aku kaget maksudnya saksi apa tanpa keburu aku tanya Ari udah main bicara lagi. Tiba-tiba dia megang tanganku, dan jongkok seperti pangeran yang sedang melamar sang putri.
“Aku tahu kalau kamu udah putus sama Panji.”
“Dari mana kamu...”
“Tak penting dari mana aku tau itu, kamu juga tau perasaanku seperti apa sama kamu Sa, setiap aku dekat sama kamu, kamu juga tau dada ini berdegup kencang, kamu juga tau setiap kali aku bersamamu aku merasa nyaman. Begitu juga dengan kamu kan? Sekarang didepan sahabatmu, disini aku mau bilang kalau aku sayang sama kamu. Aku ingin kamu mengisi hari-hariku, bahkan jika kamu menolakpun tidak papa juga. Jadi, apa kamu mau jadi pacar aku?”
Aku masih kaget dengan semua yang telah terjadi kali ini, apa aku mimpi ditembak secara langsung oleh seorang lelaki. Baru pertama kali, aku merasakan seorang lelaki yang dengan tulus menyatakan perasaannya kepadaku bahkan didepan orang banyak. Bahkan untuk berkata-katapun aku bingung bagaimana harus menjawabnya apa aku katakan Ya atau Tidak.
“Gimana? Apa kamu mau jadi pendampingku Rosa?.”
“Terima aja Sa,” Kata Rina. “Iya terima aja Sa, dia orangnya baik loh.” Kata pacarnya Rina.
“Hah..!!” Aku hanya bisa memandangnya saja dan inilah jawabanku yang tanpa kusadari keluar dari mulutku. “Ya Ari, aku mau jadi pacar kamu. Aku mau jadi pendampingmu.”
“Makasih Rosa, aku sungguh menjadi lelaki yang sangat bahagia di dunia ini. Aku akan berusaha untuk terus membahagiakanmu sayang.” Dia langsung memelukku erat.
“Yeee... Huhh..!! Selamat ya.” Sorakan mereka berdua membuatnya semakin erat memelukku.

For you Ari :
Rasanya tak percaya dengan semua yang telah tejadi dalam hidupku ini, sekarang aku mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya aku inginkan dari dulu.
Memiliki seorang pasangan yang selalu ada untukku, mengertiku, menyayangiku, memberiku rasa kenyamanan dan selalu ada saat aku membutuhkannya dan bahkan rela berkorban apa saja demi membuatku bahagia.
Rasanya kebahagiaanya adalah membuatku bahagia, aku bahagia bisa bersama denganmu, kamu sungguh terlalu memanjakanku dan membuatku terbuai akan rasa cinta dan syang yang kamu berikan padaku.
Tak ada yang lain yang bisa menandingi semua rasa sayang yang telah kamu berikan kepadaku, meskipun ada saja kekuranganku tapi kamu menutupi kekuranganku dengan kelebihan yang kamu miliki.
I Love You sayang, Need You and Always Miss You.. Description: kiss emoticon

0 komentar:

Posting Komentar