Kemampuan menulis cerpenku memang masih jauh dari kata baik atau sempurna, tapi kira-kiranya untuk mengembangkan hoby apa salahnya. Baru 3 Cerpen yang aku tulis ini. Sebelumnya ada Siapakah Cinta Yang Sesungguhnya dan Juga ada juga Cinta Kami Bertemu di Gunung Papandayan dan sekarang silahkan baca. Semoga bagi kalian yang suka baca bisa menulis apa yang kalian pikirkan sendiri :)
“Cinta Monyet”
Karya : Siti Mardiana
Cinta memang keren ya,
bisa membuat orang terhipnotis karenanya. Orang bisa bahagia hanya dengan
cinta, seperti burung yang bebas melayang diangkasa. Orang bisa sedih karena
cinta, hanya dengan satu ketukan orang berderai air mata. Bagaikan anak yang
kehilangan induknya ketika orang benar-benar sedih merasakan cinta. Orang juga
bisa galau saat memilih cinta, banyak drama yang menontonkan kisah cinta
segitiga yang membut orang bingung, galau dan takut memilih. Pilihan manakah
yang terbaik untukku? Si A atau si B.
***
“Gila bagaikan langit dan bumi aja jarak hubunganku sama Panji.”
Namaku Rosa, sudah
setahun ini aku menjalin hubungan dengan yang namanya Panji, tapi sekarang
hubungan kami tak menentu dia selalu sibuk dengan kegiatannya sendiri. Entah
apa yang dia lakukan, apakah dia memang sibuk dengan kegiatannya atau udah gak
mau ketemu lagi denganku. Dia ini mahasiswa tapi sibuknya kaya orang kerja
dipabrik-pabrik tau.
“Kenapa loe sa?” tanya
Rina mendengar dari tadi aku menggerutu saja tentang Panji.
“Gue heran deh Rin
sama Panji, dia sayang apa enggak yah sama gue kenapa akhir-akhir ini dia
jarang banget kabarin gue bahkan ketemu juga udah jarang. Dia gak tau apa rasa
kangen gue ini udah setumpuk-tumpuk.” Kataku sambil memasang muka sedih
dihadapan Rina sahabatku.
“Gue juga heran,
jarang juga gue lihat loe barengan lagi sama Panji, loe coba aja ke kampusnya.”
“Gak mau ah, dia aja
yang nyamperin gue.”
“Ya udah loe jangan
sedih mulu dong lebih baik kita cari makan aja yuk, gue laper banget nih.!”
“Ide yang bagus tuh,
ayo deh.” Ucapku sambil meninggalkan kelas.
***
Hari minggu yang
cerah, dipakai buat joging kayanya waktu yang pas. Aku langsung pergi ke taman
sendirian buat joging. Tak lama aku berlari, aku jatuh tersandung batu ditaman.
“Aww...!!!” Kakiku gak
bisa diangkat, rasanya sakit sekali.
Dan ada lontaran tangan seseorang mendarat dimuka ku dengan tanda ingin
membantu.
“Ari” pekikku dalam
hati. Aku dibantu sama Ari yang sudah lama sekali gak ketemu dengannya.
“Kamu gak papa?”
“Kakiku sakit.”
Kataku, dia langsung membopongku ke bangku taman yang dekat disana.
“Makasih ya Ari.” Dia
hanya tersenyum sambil membuka sepatuku.
“Kayanya ini keseleo deh, maaf ya boleh aku benerin gak?” Aku hanya mengangguk
tanda Iya.
Dan tanpa respon lagi
dia langsung mulai mengurut kakiku yang udah kelihatan kehijau-hijaun karena
jatuh tadi. Aku hanya merintih menahan sakit dan Ari terus memijit pergelangan
kakiku.
“Kamu apa kabar?”
tanyanya padaku.
“Aww.. Pelan-pelan,
aku baik Ri. Kalau kamu?”
“Aku baik.”
Aku gak nyangka bisa
ketemu lagi sama Ari, dia ini mantan pacarku waktu SMP dulu. Kalau inget-inget
masa SMP dulu memang lucu apalagi masa aku dengan Ari. Memang udah lama kita
gak penah ketemu semenjak dia lulus aku gak tau lagi kabar beritanya.
Sambil dipijit sama Ari aku sedikit mengingat-ingat masa-masa dulu aku
dengannya.
***
Ari suka ngintip
dibalik kaca kelasku entah siapa yang dia lihat, mungkin saja orang lain
pikirku waktu itu. Namun ternyata yang dia perhatikan adalah aku, begitulah pengakuannya.
“Rossa.. Ini buat
kamu.!” Dia memberikan bingkisan padaku, berbentuk kotak berwarna cokelat
dengan garis-garis putih. Aku hanya menerima kotak itu tanpa bilang apa-apa
bahkan ucapan terima kasihpun tidak aku ucapkan. Dan Ari langsung lari saat aku
sudah menerima kotak itu.
“Apa ini?” aku
langsung membuka kotak yang diberikan oleh Ari, didalamnya ada kalung yang
terbuat dari kerang-kerang laut dan bahkan disini ada surat kecilnya juga.
Isi surat ini memang
begitu singkat, yang dulu aku pikirin hanyalah aku suka kalung ini dan aku
ingin memakainya. Aku yang waktu itu belum mengenal cinta hanya dengan polosnya
memakai kalung itu, dan bahkan sampai sekarangpun kalung itu masih ada
tersimpan dimusium kamarku.
Dari saat itu kami
resmi jadian, entah apa yang harus kami lakukan saat itu, kami hanya duduk
berdua dikantin dan tidak bicara apa-apa bahkan kami hanya menyedot sedikit
demi sedikit jus yang selalu kami pesan dan setelah habis, Ari mengajak kami
untuk pergi ke kelas.
“Ayo kita masuk
kelas.”
“Ayo.” Jawabku singkat
dengan mengangguk.
Selama kita hubungan,
aku mulai tidak nyaman dengan semua aturan yang dibuat Ari untukku. Tidak tahu
kenapa, akhir-akhir ini dia sering melarangku inilah itulah yang membuatku
tidak nyaman diperlakukan seperti ini dan akhirnya kita sepakat untuk putus.
Dan setelah putus kami sudah jarang ketemua dan tidak ada lagi komunikasi
antara kami, bahkan setelah dia keluar sekolahpun dia melanjutkan kemana aku
tidak tahu.
Dan sekarang,
mungkinkah takdir ikut campur dengan pertemuan kami hari ini, membuatku
pangling sekali dengan Ari, dia sekarang tambah ganteng, tinggi dan kacamatanya
itu bagaikan pemanis baginya. Aku hanya senyum-senyum sediri mengingat masa
lalu yang pernah aku ukir dengan Ari meskipun dulu aku kurang mengerti bagiamana
sih pacaran itu.
***
“Gimana udah gak sakit
lagi?”
“Iya udah mendingan
kok Ri, makasih ya udah bantuin aku.” Kataku.
“Iya sama-sama Rosa.
Udah lama yah gak ketemu, udah hampir 3 tahun ya kira-kira. Kamu tambh beda
aja.”
“Iya ri, kita udah
lama banget gak ketemu semenjak SMP kamu udah gak ada kabar lagi. Kamu juga
beda, kenapa sekarang jadi pake kacamata perasaan dulu enggak deh.?”
“Ya, dulu kan masih
kaya monyet yang belum mengerti apa-apa sa, sekarang kamu udah menjadi remaja
yang cantik sekali sa, bahkan aku sendiri kaget bahwa orang yang aku tolong ini
ada teman monyetku sewaktu kecil.” Tawanya kecil.
“Cinta monyet kali.
Haha. Kok gak jawab sih ri, kenapa sekarang kamu pakai kacamata?”
“Iya cinta monyet
maksudku. Oh ini, emang waktu SMP aku udah Minus tapi dulu aku gak mau pake
kacamata soalnya takut kamu gak naksir jadinya sekarang Minusku bertambah dan
terpaksa harus pakai kacamata. Haha.” Katanya. Gila aku udah kegeeran duluan,
dengan pernyataannya barusan.
“Kamu bisa aja,” aku
dan Ari lanjut obrolan kami, kami mengenang masa-masa SMP kami dari awal sampai
akhirnya kami jadian dan putus bahkan tanpa hentinya kami berdua tertawa
bernostalgia.
***
“Perhatian
anak-anak.!!” Seru bu Neni guru Biologi yang kebetulan juga wali kelas kami.
“Disini ibu bersama teman baru kalian, namanya Ari. Silahkan Ari perkenalkan
diri kamu secara lengkap kepada teman-teman barumu.”
“Baik Bu termakasih...
Hai teman-teman semuanya, perkenalkan namaku Ari Firmansyah pindahan dari SMA
12 Bandung, kebentulan orang tuaku pindah kerja ke Jakarta. Mohon bantuannya
terimakasih.”
Tak usah diperkenalkan
pun aku tau kalau dia itu Ari. Terdengar banyak bincangan-bincangan dari
belakang yang mengatakan dia ganteng lah, manis lah, dan bahkan banyak yang
ingin kenal dengannya. Apalagi si cewek centil yang suka bikin gara-gara sama
anak-anak cewek yang dia anggap saingannya. Termasuk aku, dia sering banget
jailin aku karena dia gak suka kalau aku jadian sama Panji, karena dulu dia
suka sama Panji sedangkan Panji menyukaiku.
“Hei. Ari aku Angel.”
Sahut Angel si cewek centil yang suka bikin gara-gara itu. Saat Ari sedang
berkeliling mencari bangku kosong yang bisa ia duduki.
“Hei Angel, salam
kenal” jawab Ari sambil melempar senyum kepadanya.
“Disini aja duduknya
Ri, disini kan kosong.” Ungkapnya. Padahal aku tau temannya disuruh pindah
kursi biar dia bisa deket sama Ari, heump dasar lagu lama banget. Dia
menghampiri bangku ku, yang memang disebelahku kosong karena Rina gak masuk
kali ini.
“Apa bangku ini
kosong?” tanyanya padaku, seolah-olah baru mengenalku.
“Lihat aja kosong apa
enggak?” jawabku lurus.
“Kelihatannya bisa
diduduki.” Tanpa aku respon dia langsung menduduki bangku milik Rina itu.
“Tapi ini bangku
temanku Ri.”
“Gampang besok aku
pindah.” Jawabnya lurus.
“Dasar si Rosa
cari-cari perhatian mulu sama anak baru itu.” Oceh Angel pada Marisa dan Dewi.
“Entar kita kerjain
aja Ngel.” Saran Marisa kepada Angel yang sama-sama resenya.
“O.K lihat aja Rosa.”
Bel istirahat sudah
berbunyi. “Oh ya sa, aku kan belum tau wilayah sekolah ini dimana perpustakaan,
dimana kantin, dimana toilet dan lain-lain nya. Aku minta kamu harus temani aku
terus yah buat hari ini.”
“O.K tapi ada
syaratnya.” Pintaku pada Ari.
“Syaratnya apa?”
“Traktir gue Ice cream
O.k”
“No Problem.” Aku
tersenyum kecil menyambutnya kembali.
Aku memberi tahu Ari semua yang ada di sekolah ini, mulai dari Kantin,
Perpustakaan, Toilet, Ruang guru dan kepala sekolah, akhirnya kita pergi ke
taman.
“Luas juga yah sekolah
disini.” Seru Ari.
“Ya begitulah, gimana
gak luas jumlah muridnya juga lebih dari 1000 orang masa iya kandang ayam
dijadiin sekolah kan enggak mungkin juga kali, iya kan?”
“Loe bisa aja sa. Oh
ya sekarang loe ma siapa?”
“Gue sekarang pacaran
sama Panji, dia alumni dari sini dan sekarang lagi kuliah. Kalau elo sekarang
sama siapa?”
“Gue.. sama siapa ya ?
gue belum punya pacar..”
“Masa cakep-cakep gini
belum punya pacar, gak percaya gue.”
“Ye loe gak percaya.
Nih geledah ada gak pacar gue, gak ada kan?”
“Ya mana mungkin loe
sakuin, kali..” HP ku bunyi.. “Bentar ya gue angkat dulu.”
Yang nelepon adalah Panji, akhirnya dia hubungi aku juga. Aku seneng banget,
aku menjauh dari Ari supaya dia gak ngedenger percakapanku dengan Panji.
“Halo.. Sayang nanti
kamu sibuk gak?” tanya Panji padaku.
“Enggak kok, emangnya
ada apa sayang?”
“Nanti kita ketemuan
di cafe biasa ya, aku tunggu jam 4 sore.”
“O.K sayang sampai
ketemu nanti sore.”
Akhirnya, aku bisa
ketemu juga sama Panji, aku loncat-loncat karena hari ini aku bisa ketemu sama
dia, aku langsung menghampiri Ari dan menceritakan semuanya padanya. Dan
setelah lama-lama bercerita kita kembali ke kelas.
Angel udah main pasang
jebakan ke aku dia naruh lem di kursi yang aku duduki, alhasil rokku nyangkut
dan saat diangkat robek. Trio wek wek itu malah tertawa, aku sungguh malu kali
ini. Tapi Ari datang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
“Siapa ya, yang
ngelakuin ini. Kaya setan aja yang suka ganggu manusia.” Dengan lurusnya dia
berbicara seperti itu dan mengajakku pulang di jam pelajaran terakhir.
“Terimakasih banyak
Ari kamu lagi-lagi sudah nolongin aku.
***
Aku udah dateng di
Cafe biasa kita ketemuan, aku udah milih tempat yang kosong. Aku udah gak sabar
ketemu sama Panji. Tapi udah hampir satu jam lebih aku nunggu dia tapi belum
nongol-nongol juga, aku telepon juga gak aktif.
***
Panji yang masih di
kampus sedang mengerjakan tugas bersama teman-temannya, sampai akhirnya dia
sadar kalau dia sedang ada janji dengan pacarnya Rossa.
Dia melihat jam sudah
menunjukan pukul 17.13.
“Aduh.. Gue lupa gue
kan ada janji sama pacar gue, janjinya jam 4 sekarang malah udah jam 5 lagi.
Aduh gimana ini?”
“Telepon aja dulu ji,”
kata salah satu temannya.”
“Iya .. Iya gue
telepon dulu.”
“Hallo sayang, maaf ya
aku lupa kalau sekarang kita ada janji. Aku minta maaf banget soalnya tadi ada
tugas mendadak dari dosennya jadi sekarang aku ngerjainnya bareng sama
teman-temanku juga. Besok aku janji bakalan jemput kamu disekolah. Sekali lagi
aku minta maaf ya sayang.!!”.....
“Hallo sayang.. kok
gak di jawab..” tanya Panji lagi karena Rosa tidak menjawab apa yang barusan
dijelaskan Panji dengan sebenar-benarnya.
“Iya aku ngerti..”
kata Rosa singkat.
“Sekali lagi maaf ya
sayang.”
***
Rasanya seperti jatuh
tertimpa tangga pula, aku udah dandan secantik mungkin pakai gaun yang anggun,
bahkan aku juga udah mesen beberapa makanan sambil menunggunya tapi apa yang
dia bilang begitu enteng sekali. Kenapa dia begitu gampang, mempermainkan aku.
Yang aku bisa sekarang hanya menangis entah apa yang harus aku lakukan sekarang
untuk berdiripun aku seperti tak mampu bagaimana kaki ini harus melangkah untuk
pulang sedangkan hati ini begitu sakit.
“Heii.. Loe kenapa..?”
Ari datang dihadapanku.
“Ari.. loe kok ada
disini?”
“ini kan cafe bebas
dong emangnya gak boleh.”
“Bukannya gitu, kenapa
loe bisa disini?”
“Ya gue laper lah mau
makan. Nah, kebetulan ada makanan nih.” Tanpa pikir panjang dan tanpa aku
menyuruhnya untuk makan dia sudah langsung menyantap makanan yang ada didepan
meja ini.
“Loe kenapa kok
bintitan gitu, matanya?”
“Ahh... enggak.”
Jawabku datar karena malu dengan semua yang terjadi sekarang.
“Pasti si Panji itu
gak dateng yah?”
Mendengar pernyataan
Ari aku malah tambah ingin menangis, aku menangis sekencang-kencangnya sampai
pengunjung yang lain mengalihkan perhatiannya ketempat aku dan Ari duduk.
“Loe diam, nanti mereka
kira gue ngapa-ngapain loe lagi. Lebih baik sekarang loe sama gue jalan aja,
gue punya tempat yang asik banget. Ayo!!” dia menarik aku pergi dari cafe.
***
Dia bawa aku ketempat
yang indah banget, baru kali ini juga aku dateng kesini. Ini adalah sebuah
danau yang bisa disebut disebuah taman namun agak sepi. Bahkan disini juga
cuman hanya kami berdua entah ini gara-gara udah sore atau gak tau memang sepi.
“Waww.. Ini keren
banger Ri, baru kali ini gue ketempat yang kaya gini. Ini benar-benar bisa buat
hati gue tenang. Kenapa gue gak tau tempat ini yah?”
“Kalau loe dulu ikut
gue loe pasti tau.” Ungkap Ari membuatku bingung dan berfikir sebentar semoga
memang aku ingat.
“Maksud loe?” dia
menatapku dan tersenyum.
“Loe inget gak, dulu
gue pernah ngajakin loe jalan-jalan untuk pertama kalinya, terus loe setuju.
Tapi pas gue samperin loe kerumah mendadak loe gak setuju.”
“Ohh.. Iya alesannya
itu.. Udah ahh malu-maluin ajjah.”
“Alsannya itu...” Ari
yang ingin mengungkapkan apa alesanku dulu gak mau ikut sama dia aku langsung
membungkam mulutnya tapi dia menghalangiku.
“Alasannya itu,, kalau
loe..”
“Ihh... loe diam gak
gue malu nih.” Dia malah tertawa dan ngelanjutin omongannya.
“Loe datang bulan kan?
Hahahaha.”
“Ih.. loe jahat
deh..!!” aku mukul-mukul badan dia sebagai bentuk protesku.
Dia megang tanganku
yang dari tadi dipakai buat mukul-mukul badannya. Dia menatap mataku tajam, aku
terpaku dengan apa yang sekarang dia lakukan.
“Dan loe tau apa yang
gue rasain sama loe selama ini?” tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya dia
melanjutkan apa yang ingin dia ungkapkan. “Gue terlalu nyaman sama loe,
sampai-sampai gue terlalu fokus sama loe dan lupa sama pelajaran, sampai-sampai
gue lupa kalau udah punya pacar sampai-sampai pacar gue gak nyaman hubungan
sama gue. Dari dulu sampai sekarang, gue tetep inget sama Rosa dan bayangan
wajah loe gak pernah gue lupain. Bahkan sampai sekarng loe udah punya pacarpun
gue masih suka sama loe, dan sekarang gue memang udah punya pacar tapi tetep yang
gue pikirin cuman loe Sa.”
“Hah..!!” aku hanya
mangap mendengar pernyataan yang diberikan Ari kepadaku, apa maksudnya apa dia
hanya sekedar curhat atau mengungkapkan perasaannya kepadaku.
“Tapi sayangnya
sekarang kamu udah ada yang punya, dan bahkan kayanya kamu sangat mencintai dan
menyayanginya, tak ada lagi kesempatan untukku mungkin.”
“Apa sih maksud loe?”
“Sudahlah jangan kita
bahas lagi, aku hanya ingin jujur sama kamu kalau aku masih menyimpan rasa
sayang ini tehadapmu Rosa.”
“Ya udah kita pulang
aja, gue bingung dengan semua omongan loe barusan.”
Tak sempat aku
melangkah Ari menarik tanganku dan memelukku erat, hatiku sangat tak karuan
badan ini rasanya panas atau dingin aku tak tau aliran darahku seperti tak
beraturan, jantung ini berdetak sangat kencang. Ya Tuhan apa yang aku rasakan
sekarang, ada perasaan nyaman yang mengkelutiku kali ini. Aku tak berani bicara
apa-apa lagi sekarang, bahkan memberontakpun aku tak mau.
“Aku mencintaimu Rosa,
aku sayang sama kamu, aku suka sama kamu.. Mau kamu punya siapapun, atau aku
punya siapapun aku hanya mencintaimu.. Bahkan dekat denganmu seperti ini juga
sudah cukup bagiku.”
Aku melepaskan
pelukannya dan menatap Ari dengan tajam tanpa ekspresi senang atau marah
sedikitpun, tatapanku datar. “Terserah kamu aja deh.”
Aku langsung lari
pulang sendiri naik taksi, aku masih berfikir apa yang barusan terjadi. Kenapa
perasaan seperti itu muncul, padahal sebelumnya aku tidak pernah merasakan
perasaan yang seperti itu kepada semua pacarku, bahkan dulupun aku tak pernah
merasakan seperti itu kepada Ari.
Aku benar-benar tak
bisa lupa dengan kejadian hari ini, bayangan Ari selalu muncul dihadapanku,
pikiranku gila memikirkan terus Ari. Panji yang setiap malam aku pikirkan,
malah hilang dan entah dimana aku simpan. Bahkan malam ini aku bermimpi tentangnya
mimpi yang sangat indah yang rasanya ingin sekali aku mewujudkannya.
***
Setelah kejadian
kemarin, aku masih belum bisa melepaskan bayangannya dari pikiranku.
“Rosa fokus.. Panji..
Panjii.. Panjiii.. Aku harus terus berfikir logis, kalau sekarang aku hanya
untuk Panji, jangan terus memikirkan Ari Rosa. Jangan..!!”
Bahkan, sekarang saat
Ari mendekatiku aku langsung kabur darinya. Aku gak mau kejadian kemarin
terulang lagi, dan membuatku gila memikirnya terus menerus seperti ini.
Hari-hariku sekarang malah
bertambah sepi tanpa ada kehadiran Ari disini, tapi untuk apa ada dia hanya
membuat hatiku bingung aja. Beberapa hari ini aku memang selalu menghindar dari
dia.
***
“Maaf udah lama
nunggunya ya?” tanyaku pada Panji. Malam ini aku makan malam dengannya. Aku
sengaja agak telat karena takut kalau aku harus nunggu lama padahal dia gak
datang sama sekali.
“Gak kok, gak papa
sayang.”
Rasanya gak seperti
biasanya, biasanya aku senang dan bahkan bisa dibilang aku yang paling cerewet
kalau udah ketemu sama dia. tapi, sekarang aku banyak diam dan merasa aku sudah
tidak nyaman berada didekat Panji. Aku malah masih merasakan rasa nyaman saat
Ari meluk aku waktu itu. Aku langsung membuyarkan pikiranku yang aneh ini dan
langsung fokus lagi dengan Panji.
“Panji apa aku boleh
jujur sama kamu.”
“Iya boleh dong sa,
kamu mau jujur apa?”
“Maaf sebelumnya kalau
kejujuranku kali ini buat kamu gak suka, aku rasa hubungan kita udah buat
masing-masing dari kita gak nyaman bahkan kita juga udah jarang ketemuan,
komunikasi, bahkan beberapa kali kamu membatalkan pertemuan yang udah kamu
janjikan dahulu. Jujur, aku sendiri sudah tidak nyaman dengan hubungan kita
kali ini.”
“Maaf kalau selama ini
aku kurang memperhatikanmu, bahkan sekarang aku juga maksain ketemu sama kamu
karena aku gak enak terus membatalkan pertemuan kita kemarin-kemarin..”
“Apa maksain, jadi
selama ini kamu anggap aku apa Panji..!!” pikirku dalam hati.
“Makanya aku sekarang
ingin jujur sama kamu, aku sudah tidak nyaman berhubungan lagi denganmu Panji,
bahkan sudah sejak lama aku bertahan dengan ketidaknyamanan ini. Mungkin
baiknya, kita akhiri saja hubungan kita ini.”
“Aku masih sayang sama
kamu Sa, tapi rasanya aku juga memang udah mulai merasa ketidaknyamananmu
selama kita pacaran, bahkan jujur aku juga mulai merasakannya tapi dalam hatiku
yang paling dalam aku masih menyayangimu. Apa itu artinya kamu ingin putus?”
Aku hanya mengangguk,
karena tidak tau lagi harus berkata apa lagi.
“Baiklah jika itu
memang keinginanmu, aku juga tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman terus
denganku.”
“Maafkan aku Panji.”
“Kamu tidak perlu
minta maaf Rosa, aku tau semua ini adalah salahku yang kurang memperhatikanmu.
Aku yang seharusnya minta maaf kepadamu.”
Akhirnya, aku putus
dengan Panji, itu bukan karena pikiranku yang selalu memikirkan Ari. Tapi ini
karena aku benar-benar sudah merasa tidak nyaman lagi berhubungan dengannya.
Daripada aku terus merasakan batin ini serasa kosong dan bahkan sakit lebih
baik mengakhirinya mungkin jalan yang terbaik.
***
Aku harus merahasiakan
berakhirnya hubunganku dengan Panji, aku hanya bercerita kepada Rina saja.
Saat istirahat, dia
mendekati bangku ku, kebetulan Rina sedang pergi mencari makan untuk kami.
“Haii... Boleh aku
duduk disini lagi kan?” tanyanya padaku.
“Silahkan aja.”
“Maaf soal waktu itu,
bukan maksudku untuk meluk kamu, tapi...”
“Jadi apa dong
maksudnya?”
“Aku hanya ingin
mengungkapkan semua perasaan yang aku pendam sejak dulu aja, dari pada gak
keluar-keluar ya udah aku ungkapin aja. Tapi, aku malah kelewatan jadinya buat
kamu sekarang malah jauh dari aku. Aku gak mau kamu jadi jauh kaya gini, apa
kita masih berteman?”
“Iya kita masih berteman.”
Jawabku sambil tersenyum.
Sekarang aku dengan
Ari dekat lagi seperti biasa, tapi dia sekarang gak berani-berani lagi seperti
waktu itu. Sekarang aku, Rina dan juga Ari menjadi sahabat, kemana-mana kita
selalu bersama. Bahkan, kadang kita sering berdua karena Rina sering jalan sama
pacarnya. Sampai sekarangpun, Ari belum tau tentang hubunganku dengan Panji
telah berakhir, kalau dia tahu mungkin dia udah main nembak aja kayanya ke aku.
Gila aku udah mikir kaya gitu aja.
Sekarang Ari memang
cukup populer di sekolah, bahkan karena kegantengannya banyak cewe yang suka
sama dia, kadang jika ada cewe yang deketin dia, perasaanku ini tak menentu rasanya
aku seperti cemburu, dan tidak rela jika Ari dekat-dekat dengan wanita lain.
Apa aku udah mulai suka lagi dengan Ari. Tapi aku harus sadar kalau sekarang
aku hanya sekedar teman baginya. Iya hanya sekedar teman.
Lama kelamaan kalau
orang keseringan ketemu pasti cintapun akan timbul, begitupun denganku rasanya
aku memang udah mulai menyukai Ari. Bahkan, bayangan waktu dia pertama kali
meluk aku juga jadi terbayang dengan jelas.
“Rosa besok kita jalan
yuk kan besok libur. Ajak juga Rina biar seru.”
“Kok bareng Rina sih,
kan pengennya berdua.. Ehh kok gue berpikiran kaya gi”ni sih.”
“OK. Gue ajak dulu
Rina buat besok ya.”
“Rina udah gue kasih
tau kok, loe jangan khawatir.”
“Oh. Gitu Okelah.”
***
Minggu ini kita jalan
ke danau tempat dulu Ari ngehibiur aku waktu gak jadi ketemuan sama Panji.
Rasanya kok pengen terulang lagi ya.
“Wihh.. tempatnya
keren banget Sa.” Kata Rina.
“Iya bagus kan, Ari pernah
ngajak gue kesini sekali.”
“Oh ya, tapi kenapa
loe gak cerita sama gue sih. Ini tempat indah banget, gue harus ngajak pacar
gue nih.” Rina membawa Hp nya buat nelepon pacarnya.
“Jangan repot-repot tuh
dia pacar loe udah dateng.”
“Apa? Kenapa udah main
disini aja sih.”
“Gue yang ngajak.”
“Wihh.. Makasih ya Ri
loe ngerti gue banget deh.”
Rina menyapa pacarnya,
dia udah main rangkul tangannya aja, aku jadi iri deh rasanya.
“Aku mau kalian jadi
saksi.” Aku kaget maksudnya saksi apa tanpa keburu aku tanya Ari udah main
bicara lagi. Tiba-tiba dia megang tanganku, dan jongkok seperti pangeran yang
sedang melamar sang putri.
“Aku tahu kalau kamu
udah putus sama Panji.”
“Dari mana kamu...”
“Tak penting dari mana
aku tau itu, kamu juga tau perasaanku seperti apa sama kamu Sa, setiap aku
dekat sama kamu, kamu juga tau dada ini berdegup kencang, kamu juga tau setiap
kali aku bersamamu aku merasa nyaman. Begitu juga dengan kamu kan? Sekarang
didepan sahabatmu, disini aku mau bilang kalau aku sayang sama kamu. Aku ingin
kamu mengisi hari-hariku, bahkan jika kamu menolakpun tidak papa juga. Jadi,
apa kamu mau jadi pacar aku?”
Aku masih kaget dengan
semua yang telah terjadi kali ini, apa aku mimpi ditembak secara langsung oleh
seorang lelaki. Baru pertama kali, aku merasakan seorang lelaki yang dengan
tulus menyatakan perasaannya kepadaku bahkan didepan orang banyak. Bahkan untuk
berkata-katapun aku bingung bagaimana harus menjawabnya apa aku katakan Ya atau
Tidak.
“Gimana? Apa kamu mau
jadi pendampingku Rosa?.”
“Terima aja Sa,” Kata
Rina. “Iya terima aja Sa, dia orangnya baik loh.” Kata pacarnya Rina.
“Hah..!!” Aku hanya bisa
memandangnya saja dan inilah jawabanku yang tanpa kusadari keluar dari mulutku.
“Ya Ari, aku mau jadi pacar kamu. Aku mau jadi pendampingmu.”
“Makasih Rosa, aku
sungguh menjadi lelaki yang sangat bahagia di dunia ini. Aku akan berusaha
untuk terus membahagiakanmu sayang.” Dia langsung memelukku erat.
“Yeee... Huhh..!!
Selamat ya.” Sorakan mereka berdua membuatnya semakin erat memelukku.
For you Ari :
Rasanya tak percaya
dengan semua yang telah tejadi dalam hidupku ini, sekarang aku mendapatkan kebahagiaan
yang seutuhnya aku inginkan dari dulu.
Memiliki seorang
pasangan yang selalu ada untukku, mengertiku, menyayangiku, memberiku rasa
kenyamanan dan selalu ada saat aku membutuhkannya dan bahkan rela berkorban apa
saja demi membuatku bahagia.
Rasanya kebahagiaanya
adalah membuatku bahagia, aku bahagia bisa bersama denganmu, kamu sungguh
terlalu memanjakanku dan membuatku terbuai akan rasa cinta dan syang yang kamu
berikan padaku.
Tak ada yang lain yang
bisa menandingi semua rasa sayang yang telah kamu berikan kepadaku, meskipun
ada saja kekuranganku tapi kamu menutupi kekuranganku dengan kelebihan yang
kamu miliki.
I Love You sayang,
Need You and Always Miss You..