RSS

Jumat, 12 September 2014

AKU BENCI LELAKI ITU - NOVI NOVIANTI | KUMPULAN CERPEN



AKU BENCI LELAKI ITU!
Karya : Novi Novianti (Vewe)


Hari pertama masuk sekolah pasti semua sekolah ada yang namanya Masa Orientasi, kecuali SD termasuk di sekolahku. Aku mempersiapkan diri untuk pergi kesekolah baru, tahun sekarang aku masuk sekolah SMA tetapi buat acara MOS ini aku masih memakai pakaian putih biru, kalau memakai pakaian putih abu aku harus nunggu kira-kira satu minggu lagi.
Entah mengapa lelaki itu datang lagi ke dalam kehidupanku, yang sedang tenang ketika dia menjauh dan tak pernah nampak didalam hari-hariku lagi.
“Kriiiiingg” bel berbunyi, aku dan teman yang lain pun masuk kelas, waktu itu aku ke bagian Local 2. Disana banyak teman-teman baru yang sekolahnya berbeda-beda, selain sekolahnya beda tentunya karakter dan sifatnya masing-masing dari mereka berbeda.
“Selamat datang di Sekolah baru, yang pertama yang akan kita lakukan adalah Memperkenalkan diri kalian masing-masing dimulai dari kamu.” Seru kakak kelas yang ada didepan sambil menunjuk temanku yang ada disamping. “Ayo kedepan.” Lanjutnya.
Rasanya malu dan takut buat kedepan, aku gak berani untuk memperkenalkan diriku didepan semua teman-teman baruku ini. Setelah teman yang ada disebelahku selesai memperkenalkan diri, selanjutnya giliranku yang maju buat memperkenalkan diri. Oh Tuhan bagaimana ini... tidak lama setelah teman sebelahku duduk kakak yang ada didepan langsung menunjukku dan tangannya mengarah tepat ke posisi dimana aku duduk disana.
“Ayo Ryn, sekarang giliranmu, semangat ya!” ujar Sica sahabatku.
“Maaf kak, aku di lewat aja, aku malu.” Ujarku kepada kakak kelas itu, tetapi permintaanku itu tidak dikabulkan olehnya. Terpaksa aku harus melangkah untuk maju kedepan, wajahku merah seperti tomat saat itu, aku tak tau harus mengerluarkan kata apa, yang jelas perassanku campur aduk antara bahagia, sedih, malu dan tak berani untuk mengeluarkan seucap katapun.
“Perkenalkan nama saya Ryn, asal sekolah dari SMPN 1 Bandung, saya tinggal di Padalarang, Bandung. Apakah ada yang ditanyakan?” Ujarku.
Diujung seorang lelaki mengacungkan tangan dan bertanya padaku. “Saya mau tanya, kamu masih single atau sudah ada yang punya.” Dia sungguh tak asing lagi, ternyata dia teman SMPku, dia juga adalah lelaki yang pernah singgah dihatiku. Hehe. Dia tersenyum melihatku sesaat setelah pertanyaan yang ia lontaran.
Aku kaget dengan pertanyaannya, kenapa dia menanyakan hal itu padaku, padahal sudah lama aku memutuskan bahwa aku tak mau kenal dengan lelaki itu lagi, aku benci sama dia, karena perlakuannya kepadaku dan memilih perempuan lain di banding aku yang selalu mengharapkannya. Tapi itu hanyalah masa lalu yang suram, yang lalu sudah biarlah berlalu.
“Itu privasi” ujarku, dan dia tersenyum. Setelah itu pertanyaan-pertanyaan yang lain muncul dari teman-teman yang lainnya dan semua pertanyaan itu aku jawab semuanya sampai waktu memperkenalkan diriku selesai, dan dilanjut dengan yang lainnya.
Setelah semua kegiatan MOS selesai, semua peserta MOS dipersilahkan pulang. Aku merangkul tasku dan langsung bergegas untuk pulang bersama sahabatku Sica.
“Tadi gimana perasaan kamu pas dia nanya itu ke kamu Ryn?” tanya Sica
“Yang jelas aku malu ca, gak seharusnya dia ngomong gitu, kamu tau kan aku tuh berusaha banget buat ngelupain dia, tapi kenapa dia dayang lagi ke kehidupanku.” Ujarku.
“Ya gak papa kali, aku tau kok kamu masih sayang sama dia, kenapa gak balikan aja lagi.”
“Maaf aku gak bisa, ada sedikit kata benci diantara kata cinta, aku sakit sama dia tau gak ca.” Ujarku.
Setelah lamanya aku ngobrol sama Sica tiba-tiba Steffan datang menghampiriku, dialah lelaki yang bikin aku sakit hati sampai hari ini aku benci sama dia.
“Boleh dong aku minta nomer kamu, Ryn.” Ujar Steffan. Aku manarik tangan Sica dan langsung pergi meninggalkan Steffan di tempat, kenangan manis pahit bersamanya tak mungkin bisa dilupakan, akupun pulang kerumah dan begitupun dengan Sica.
Setelah seminggu dari kejadian itu, tiba-tiba HP ku bunyi, ternyata setelah aku angkat ternyata Steffan yang telepon aku.  Gak tau dari siapa ia dapat nomor teleponku. Tapi.... beberapa menit kemudian dia menyatakan cinta kepadaku. Oh Tuhan.. Hal ini terjadi lagi, seluruh tubuhku bergetar, jantungku berdetak kencang tak seperti biasanya, aku bingung kata-kata apa yang harus aku ucapkan untuknya, disisi lain aku masih mengharapkannya tapi disisi lain juga aku benci sama dia. Aku benci kebohongannya yang pernah dia lakukan terhadapku.
Pada saat itu akhirnya aku memutuskan untuk memberi kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dia lakukan kepadaku. Niatnyaa sih cuma buat balas dendam. Tapi tak tau kenapa hatiku menolak niat buruk itu, akhirnya perasaan itupun lebih membersar dari yang dulu, kebaikannya, perhatiannya, senyumannya, dan rambutnya yang paling kusuka darinya. Tak tau kenapa aku sangat suka sekali sama rambut yang mirip Esa Sigit artis muda favoriteku itu.
Hari-haripun aku lewati bersamanya lewat sms-an, karna libur satu minggu yang memisahkan jarak antara aku dan Steffan. Tapat pukul 13.00 HP ku berbunyi Steffan sms aku, dia menyuruh aku pergi kerumahnya, tapi aku tak terbiasa untuk pergi kerumahnya aku malu dan tak berani. Dia malah marah karena aku menolak permintaannya, saat itu hal yang paling bodoh yang aku lakukan adalah aku malah siap-siap untuk pergi kerumahnya padahal saat itu kakiku sedang sakit, tapi karena aku tak ingin mengecewakannya akupun akhirnya pergi kerumahnya dengan menaiki angkutan umum.
Didalam angkot aku melihat keluar, ternyata dia sudah berdiri disana dengan memakai pakaian kemeja hitam, jeans hitam, dan sandal hitam di tambah dia memakai topi tak seperti biasanya, akupun turun dari angkot dan langsung menghampirinya, tapi apa yang dia katakan kepadaku.
“Kamu pulang aja, aku ada urusan.” Ucapannya yang membuatku berdiri diam didepannya tak bisa berbicara dan bergerak seperti patung-patung yang ada di toko. Hatiku menjerit, ingin rasanya aku menangis tapi malu. Aku merasa tak dihargai olehnya, kejadian bodoh yang terulang lagi, dia menyakitiku lagi. Sia-sia pengorbananku saat itu, baru juga kakiku turun dari mobil dia sudah berbicara seperti itu, akupun pergi meninggalkannya tanpa pamitan padanya. Dia memegang tanganku untuk membantu menyebrangkanku dan menghentikan angkot untukku tapi aku menolaknya, aku berlari menuju angkot dan untung saja hanya aku yang ada di dalam angkot saat itu, tak tau kenapa air mataku tak bisa aku tahan untuk di keluarkan, akhirnya aku menangis, rasa sakit kakiku tak terkalahkan oleh rasa sakiitnya hatiku saat itu, aku tak tau harus bagaimana lagi aku hanyalah seorang perempuan yang selalu dia kecewakan, aku menyesal telah melakukan hal bodoh untuk kedua kalinya. Untuk melampiaskan kesediahanku, aku pergi kerumah Sica untuk menceritakan semua yang sudah terjadi padaku. Dia adalah orang yang tepat untuk menemaniku dalam kesedihan saat ini.
Saat diperjalanan kakiku terasa sakit tak seperti biasanya, sakitnya terasa di tusuk pedang yang tajam, lebih parahnya lagi aku tak bisa jalan, akupun duduk ditengah jalan karena merasa kesakitan, beberapa menit kemudian kakiku perlahan bisa digerakan dan Alhamdulillah aku bisa berdiri dan berjalan meski dengan pelan-pela. Sesampainya di tempat yang dituju aku masuk ke dalam dan Sica menyapaku. “Hai Ryn, kemana aja kamu. Aku rindu sama kamu ayo masuk!” aku berjalan dengan kesakitan, aku langsung menangis disana. Aku ceritakan semua kejadian tadi kepada Sica, dia ukut menangis dan tidak terima kalau aku diperlakukan seperti itu oleh lelaki yang sudah diberi kesempatan kedua olehku.
“Dia memang lelaki yang tak seharusnya dihargai, kalau menurutku kamu putusin aja dia, kamu sakit seperti ini memaksakan untuk kesana. Tapi apa balasannya buat kamu, dia nyuruh kamu pulang baru aja dateng udah main usir aja.” Ujar Sica. Aku hanya diam dan menangis.
Ternyata itu alasan dia menyuruhku pulang, dia lebih memilih untuk bersenang-senang bersama teman-temannya, kedua kalinya dia lakukan itu padaku dia lebih memilih orang lain dibandingkan aku. Hatiku bertanya kenapa dia lakukan itu padaku, mungkin salahku yang dari awalnya terbiasa untuk tidak ingin mengecewakan orang lain tanpa memikirkan resiko untuk diriku sendiri.
Saat itu juga, aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya, kenapa aku ingin mengakhirinya karena dia telah membodohiku sampai kedua kalinya. Aku menyesal telah memilih orang yang tidak tepat untuk kedua kalinya. Aku menyesal terlalu sayang sama dia padahal imbasnya dia tak benar-benar sayang sama aku, aku menyesal telah berbuat sesuatu yang seharusnya tak aku lakukan, aku menyesal telah berniat buruk kepada orang lain, sungguh aku sangat menyesal. Dan kebencian itupun datang lagi, lebih dari yang sebelumnya. Aku sangat benci dia, sangat benci!! Aku benci lelaki itu!.


“TAMAT”

0 komentar:

Posting Komentar